Bagaimana hasil DMI-mu?
Siswa 1: "Bbuh, gag sesuai. Mosok aku disuruh dadi pemuka agama? Genah...."
Siswa 2: "Banyak kecocokan. Ya, aku banget, lah."
Siswa 3: "Banyak yang cocok, tapi ada juga yang ndak."
Percayakah kamu dengan hasil itu?
Siswa 1: "Ndak blas."
Siswa 2: "Paling ndak, bisa dijadikan referensi buatku."
Siswa 3: "Lumayan percaya."
Itu sedikit cuplikannya, Readers. Tapi, kalau menurutku, hasil DMI-ku lumayan banyak yang sama dengan asli-ku. Alhamdulillah .
Sebenernya DMI itu apa, sih?
Begini, DMI itu adalah tes sidik jari yang dilakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang. DMI adalah kepanjangan dari Dermatoglyphics Multiple Intellegence.
Dulu, sewaktu aku melakukan tes DMI ini, setiap siswa dipanggil secara bergilir menuju ruang tata usaha. Di situ, sudah ada seorang petugas dengan laptop dan alat scanning. Kami hanya disuruh mengisi form data antara lain nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu, dll. Setelah itu, petugas akan mengambil foto diri kita dengan web cam. Boleh narsis juga, sih . Ritual selanjutnya, petugas akan menandai masing-masing telapak tangan kita dengan 3 titik dan difoto lagi. Selanjutnya, mulailah petugas men-scanning semua jari-jari dengan berbagai posisi (samping kiri-samping kanan-depan). Ndak makan banyak waktu juga, lah.
Apakah itu sudah diteliti?
Yap, tentu saja sudah. Rupanya, pola guratan-guratan kulit pada sidik jari ternyata diketahui memiliki keterkaitan dengan sistem hormon pertumbuhan sel pada otak. Ini membuat para pakar dermatologi dan neuroanatomi berasumsi bahwa adanya keterkaitan antara sidik jari dengan kualitas dan bakat seseorang. (Republika.co.id)
Bagaimana tingkat keakuratannya dibandingkan dengan test IQ?
Pertanyaan ini memiliki jawaban dengan versi berbeda. Jawaban pertama, mengatakan bahwa hasil test sidik jari lebih akurat. Ini dikarenakan, test IQ terkadang dipengaruhi oleh kondisi psikologis seseorang. Bila dalam keadaan yang baik-baik saja, bisa jadi hasilnya bagus. Namun, hal sebaliknya akan terjadi bila dalam kondisi yang sedang #galau.
Nah, pendapat lain mengatakan bahwa test IQ bisa saja lebih akurat. Mereka yang mengatakan ini berpendapat bahwa hasil test sidik jari adalah hasil olahan dari mesin. Secara logika, menurut mereka, setiap orang tidak akan memiliki sidik jari yang sama, lalu darimana mereka mendapatkan kesimpulan tentang hubungan sidik jari dan kecerdasan?
Em, menurutku mah semua test begituan bisa jadi cermin kita untuk intropeksi diri dan mengenal kepribadian yang mungkin saja tidak kita sadari. Akurat ndak akurat, penilaian itu kuserahkan saja pada kalian .
Mengapa harus sidik jari tangan? Kok bukan sidik jari kaki saja?
Waktu pertanyaan ini kulontarkan ke petugas, beliau langsung tersenyum. Sambil berkata, "Lah, Dek, kalau mau scan sidik jari kaki kan lebih susah daripada tangan?" .
Selain itu, ada 3 alasan mengapa menggunakan sidik jari, antara lain:
- Sidik jari bersifat unik dan spesifik. Bayangkan saja, kemungkinan adanya kesamaan pada sidik jari adalah 1:64.000.000.000.
- Sidik jari bersifat permanen/seumur hidup. Hanya orang bertindak kriminal saja yang akan terbersit untuk mengubah sidik jarinya, bukan?
- Struktur sidik jari mudah untuk diklasifikasikan dan diukur. (info: http://www.bakatsidikjari.com/)
- Otak Kiri Otak Kanan
- Distribusi Kecerdasan Majemuk
- Driven Model
- Gaya Belajar
- Derajat Kepekaaan
- Karakter Komunikasi Belajar
- Gaya Belajar
sumber: hasil wawancara dan olahan dari berbagai sumber
0 komentar:
Post a Comment