Wednesday, 13 June 2007
Nyaris bulat nilai yang didapat. Dengan nilai utuh 10 untuk matematika dan bahasa Inggris ditambah 9,8 untuk bahasa
Indonesia, Vit Zuraida menjadi pemegang nilai ujian nasional (unas) terbaik untuk Jurusan IPA SMA se-Jawa Timur.
Menjadi yang terbaik dengan nilai rata-rata 9,93 membuat gadis ini masih terkaget-kaget ketika diberi ucapan selamat.
Mata Vit, begitu gadis berkerudung ini biasa dipanggil, berbinar ketika para guru menyalami. Sesekali kedua tangannya
ditutupkan ke wajah. Agaknya perasaan Vit masih kacau. Sejurus kemudian dia mengusap wajahnya dan mulai tenang.
Senyumnya mengembang.
Walau mengaku tak menyangka akan menjadi peraih nilai unas terbaik di Jawa Timur, teman-temannya di SMA Taruna
Dra Zulaeha Leces, Kabupaten Probolinggo, sudah menjagokan. Menurut mereka, Vit biasa menjadi tutor sebaya.
Belajar dari Vit lebih mudah dicerna karena dia tidak pelit ilmu dan bisa menjelaskan dalam bahasa sederhana.
“Nilai ulangan hariannya selalu seratus,” kata Nandra Kurniawan SPd, wali kelas XII IPA I.
Porsi belajar putri sulung pasangan Sugianto dan Siti Munawaroh ini memang cukup 'mengenyangkan'. Setelah
disibukkan dengan padatnya kegiatan belajar di sekolah yang rata-rata 11-12 jam sehari, Vit masih menambah porsi
belajar mandiri sekitar 1-2 jam untuk membaca dan mengerjakan tugas. Jadwal sekolahnya dimulai pukul 06.30 WIB
hingga pukul 16.30 WIB.
Dengan jadwal harian yang padat itu tidak ada acara pacaran dalam agendanya. Yang ada di benaknya hanya
konsentrasi belajar. Pacaran harus dicoret dari daftar.
“Yang ada di sini hanya bagaimana caranya supaya saya bisa menjadi pintar dengan belajar,” kata Vit
sambil menepuk pelan keningnya.
Urusan perasaan pada lelaki disingkirkan jauh-jauh. Dengan polos gadis ini mengaku tidak ingin mengecewakan
orangtuanya, terutama ayahnya yang menjadi karyawan PT Kertas Leces.
“Lagipula sekolah ini memang tidak membolehkan siswanya pacaran. Ya sudah, saya ingin menjadi kebanggaan
keluarga dengan hanya konsentrasi memikirkan sekolah,” ungkap gadis yang lahir 9 Januari 1989 ini.
Setelah seharian di sekolah karena SMA ini memakai sistem full day school, tak ada banyak waktu untuk bersantai.
Tugas dan ulangan harian sudah menunggu esok hari. Tak heran bila setelah pulang sekolah ditambah menyelesaikan
tugas dan belajar, Vit memilih tidur.
“Sudah capek pulang sekolah. Kalau selesai belajar saya tidur. Biasanya pukul 20.00 WIB,” aku gadis
yang suka membaca segala macam artikel di media ini.
Paling telat dia terlelap pukul 21.00 WIB. Waktu libur pun digunakan bersama keluarga. Rutinitas seperti ini sudah
menjadi menu Vit karena sejak TK tidak beranjak dari lingkungan sekolah di bawah Yayasan PT Leces.
Mungkin kesehariannya tidak begitu populer di mata anak-anak muda sekarang tetapi Vit membuktikan dengan caranya
dia berhasil meraih impian. Tidak hanya menjadi yang terbaik di Jawa Timur, juga karena dia sudah diterima lewat jalur
Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) di Jurusan Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Walau tidak selalu menjadi juara satu sejak masuk sekolah ini, Vit selalu masuk kelompok tiga besar terbaik. Dengan
lingkungan yang dikondisikan untuk bersaing dalam pelajaran, tak heran bila sekolah yang ada di bawah naungan Yayasan PT Leces sekarang panen besar. Selain Vit Zuraida menjadi yang terbaik, ada 63 siswa lainnya yang sudah
diterima lewat jalur PMDK di sejumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia. Empat siswa di antaranya resmi menjadi
mahasiswa di Malaysian Multimedia University
***
SMA Taruna Dra Zulaeha Leces berdiri 1975. Mengadopsi segitiga emas pendidikan yang merangkul orang tua, guru,
dan siswa, SMA ini membuka komunikasi agar orang tua tahu perkembangan anak didiknya melalui buku laporan
kegiatan siswa. Sebaliknya, siswa juga berhak mengkritik guru apabila kegiatan belajar-mengajar tidak sesuai dengan
jadwal akademik sekolah.
“Kami menerapkan daily test, yaitu setiap hari siswa diberi ulangan harian dan tugas,” ungkap Drs Sugeng
Haryono, Kepala SMA Taruna Dra Zulaeha Leces, di ruang kerjanya yang sederhana.
Selain itu, para guru di SMA yang menjalankan shalat sunnah Dhuha di pagi hari sebagai rutinitas ini juga menekankan
disiplin tinggi melalui sistem poin. Hukuman yang diberikan sesuai dengan jumlah poin kesalahan yang dilakukan siswa
dan wajib diketahui orang tua.
Vit yang lugu dan selalu ada di tengah keluarganya, 2 Juli nanti akan berangkat ke Universitas Indonesia, Jakarta.
Babak baru sudah ada di depan mata. Dunia yang mungkin sangat berbeda dengan disiplin yang diterimanya di
Probolinggo akan membuatnya matang.
0 komentar:
Post a Comment